KEPEMIMPINAN
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya
dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan
adalah "melakukanya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan
pada seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang
ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Adapun
pengertian kepemimpinan yang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut.
1. George
R. Terry (yang dikutip
dari Sutarto, 1998 : 17)
Kepemimpinan adalah
hubungan yang ada dalam diri seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain
untuk bekerja secara sadar dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Kepemimpinan sebagai
perpaduan perangai yang memungkinkan seseorang mampu mendorong pihak lain
menyelesaikan tugasnya.
3.
Rauch & Behling (1984)
Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi aktifitas-aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi ke
arah pencapaian tujuan.
4. Katz & Kahn (1978)
Kepemimpinan adalah
peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan berada diatas kepatuhan
mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.
5. Hemhill & Coon (1995)
Kepemimpinan adalah
perilaku dari seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok
kesuatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goal).
6. William G.Scott
(1962)
Kepemimpinan adalah
sebagai proses mempengaruhi kegiatan yang diorganisir dalam kelompok di dalam
usahanya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
7. Stephen J.Carrol & Henry L.Tosj (1977)
Kepemimpinan adalah
proses mempengaruhi orang-orang lain untuk melakukan apa yang kamu inginkan
dari mereka untuk mengerjakannya.
Kepemimpinan dapat
dikonsepsualisasikan sebagai suatu interaksi antara seseorang dengan suatu
kelompok, tepatnya antara seorang dengan anggota-anggota kelompok setiap
peserta didalam interaksi memainkan peranan dan dengan cara-cara tertentu
peranan itu harus dipilah-pilahkan dari suatu dengan yang lain. Dasar pemilihan
merupakan soal pengaruh, pemimpin mempengaruhi dan orang lain dipengaruhi.
9. Tannenbaum, Weschler,& Massarik (1961)
Kepemimpinan adalah
pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam situasi tertentu, serta diarahkan
melalui proses komunikasi, kearah pencapaian satu atau beberapa tujuan
tertentu.
10. P. Pigors (1935)
Kepemimpinan adalah
suatu proses saling mendorong
melalui keberhasilan interaksi dari perbedaan perbedaan individu, mengontrol
daya manusia dalam mengejar tujuan bersama.
11. Kartini Kartono (1994 : 48)
Kepemimpinan itu
sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi satu situasi khusus. Sebab dalam suatu
kelompok yang melakukan aktivitas¬aktivitas tertentu, dan mempunyai suatu
tujuan serta peralatan¬peralatan yang khusus. Pemimpin kelompok dengan
ciri-ciri karakteristik itu merupakan fungsi dari situasi khusus.
12. G. U. Cleeton dan C.W Mason (1934)
Kepemimpinan menunjukan
kemampuan mempengaruhi orang-orang dan mencapai hasil melalui himbauan
emosional dan ini lebih baik dibandingkan dengan penggunaan kekuasaan.
13. Locke & Associates (1997)
Kepemimpinan dapat
didefinisikan sebagai proses membujuk (inducing) orang-orang lain untuk
mengambil langkah menuju sasaran bersama .
14. John W.
Gardner (1990)
Kepimpinan sebagai
proses Pemujukan di mana individu-individu meransang kumpulannya meneruskan
objektif yang ditetapkan oleh pemimpin dan dikongsi bersama oleh pemimpin dan
pengikutnya.
15. Theo Haiman & William G.Scott (1974)
Kepemimpinan adalah
proses orang-orang diarahkan ,dipimpin, dan dipengaruhi dalam pemilihan dan
pencapaian tujuan.
2.
Tipologi Kepemimpinan
Sejak
dahulu kepemimpinan menjadi salah satu kajian yang menarik untuk di telaah
secara mendalam, sebab arah peradaban suatu bangsa tak bisa lepas dari sebuah
gaya kepemimpinan seseorang.
Namun
tentu saja setiap proporsi kepemimpinan dari seorang pemimpin senantiasa
berbeda-beda sebab itu semua bergantung pada bangunan epistemologis dan
konstruk ideologisnya masing-masing.
Ada
beberapa tipologi kepemimpinan yang sering kali kita temukan dalam gaya seorang
pemimpin :
1. Gaya Otoriter/Totaliter yaitu gaya kepemimpinan yang selalu memaksakan
kehendaknya pada setiap orang meskipun dengan jalan kekerasan, namun
kebijakannya berlaku secara distributif dan tanpa kompromi. Gaya ini secara
epistemologis cenderung beraliran Macchiavellian, Hobbesian.
2. Gaya Demokratis yaitu gaya kepemimpinan yang cenderung selalu menggunakan
musyawarah, namun gaya ini sangat lemah mengambil sikap dalam setiap
tindakannya dan terkesan pragmatik. Gaya ini secara epistemologis cenderung
beraliran liberal-moderat.
3. Gaya para Nabi yaitu gaya kepemimpinan yang kharismatik dengan menggunakan
jalan kemanusiaan, dalam arti lebih mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan,
dibanding dengan kepentingan pragmatis. Gaya ini cenderung mengikuti aliran
humanistik-teologis.
Dari beberapa tipologi kepemimpinan di atas, maka kita dapat memahami bangunan
epistemologis dan konstruk ideologisnya melalui gaya kepemimpinan dari seorang
pemimpin.
Dari hal tersebut di atas, maka kita dapat memahami pula bahwa tidak saya
maupun anda, setiap pemimpin dapat kita ketahui bangunan ideologis maupun
epistemologis melalui gaya kepemimpinan yang implementasikan.
3.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kepemimpinan
Hersey dan Blanchard (1988)
mengajukan semacam formula bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan
perwujudan dan tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta
situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dan pemikiran
tersebut, Hersey dan Blanchard mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k)
merupakan suatu fungsi dan pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s),
yang dapat dinotasikan dalam bentuk formula :
k = f (p, b, s).
Pimpinan
(p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk
melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan
organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai
kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang
berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan
bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dan suatu
perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau
tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu
organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses
tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab
itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.
Adapun
situasi (s) adalah suatu keadaan di mana seorang pimpinan berusaha pada
saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti
kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya,
tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang
dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan
demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu
pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait
satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.
Pada
tataran individu, faktor-faktor yang mempengaruhi adalah pengetahuan dan
keterampilan, karakteristik pribadi, nilai-nilai yang diyakini, penyimpangan,
dan gaya dalam membuat keputusan. Variabel organisasi mencakup iklim dan
budaya, politik organisasi, ancaman dan resiko, Ketidak-pastian, kerancuan, dan
pertikaian. Sedangkan yang mencakup variabel sosial adalah kebutuhan resmi,
meta –value, politik, dan ekonomi.
Dengan
pola dikotomi, berdasarkan formula Hersey dan Blanchard serta
penjelasan yang dikemukakan Kowalski dkk. di atas, penulis bisa membagi faktor-faktor
yang mempengaruhi kepemimpinan menjadi dua faktor besar yaitu faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor yang muncul dari
diri pemimpin, sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terkait
dengan karakteristik bawahan dan situasi. Termasuk didalamnya situasi
organisasi dan sosial.
Implikasi
Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Dalam
teori manajerial grid terdapat dua orientasi yang dijadikan ukuran yaitu
berfokus pada manusia dan pada tugas. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya
hubungan antar individu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada
bawahan. Sebagai seorang pemimpin, bertugas memberikan arahan serta bimbingan
terhadap bawahannya, sehingga mereka dapat mengerjakan pekerjaannya dengan
baik. Implikasi teori ini terhadap system komunikasi organisasi adalah bahwa
teori ini memandang pentingnya komunikasi dalam menjalankan kepemimpinan dengan
lima gaya yang berbeda dari para pemimpin. Adanya orientasi terhadap dua aspek
tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan dalam organisasi harus memperhatikan
hubungan antar individu satu dengan lainnya sebagai motivasi dalam mengerjakan
tugas. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu terjun diberbagai kalangan
baik itu dengan para pimpinan lainnya, maupun dengan bawahan sebagai asset
berharga organisasi. Semua ini terjalin apbila pemimpin tersebut memiliki
pendekatan perilaku yang baik. Hal ini membutuhkan komunikasi yang efektif.
Menurut
Blake dan Mouton, gaya kepemimpinan team merupakan gaya kepemimpinan yang
paling disukai. Kepemimpinan gaya ini berdasarkan integrasi dari dua
kepentingan yaitu pekerjaan dan manusia. Pada umumnya, kepemimpinan gaya team
berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu apabila mereka memperoleh
kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Selain itu, dalam
kepemimpinan gaya team terdapat kesepkatan untuk melibatkan anggota organisasi
dalam pengambilan keputusan dengan maksud mempergunakan kemampuan mereka untuk
memperoleh hasil yang terbaik yang mungkin dapat dicapai.
Teori
X dan Y
Teori
ini dikemukakan oleh Douglas Mc. Gregor (1967), yang memiliki pandangan berbeda
mengenai manusia yaitu pada dasarnya manusia bersifat negative (Teori X), dan
bersifat positif (Teori Y). Mc. Gregor menyimpulkan bahwa pandangan seorang
manajer tentang sifat manusia didasarkan pada pengelompkkkan asumsi tertentu
dan manajer tersebut cenderung membentuk perilakunya terhadap bawahan sesuai
dengan asumsi tersebut. Dalam teori X, terdapat empat asumsi, diantaranya :
Bawahan
tidak suka bekerja dan bilamana mungkin, akan berusaha menghindarinya
Karena
bawahan tidak suka bekerja, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam
dengan hukuman
Bawahan
akan mengellakkan tanggung jawab dan sedapat mungkin hanya mengikuti perintah
formal
Kebanyakan
bawahan mengutamakan rasa aman (agar tidak ada alasan untuk dipecat) dan hanya
menunjukkan sedikit ambisi
Sedangkan,
dalam teori X diasumsikan bahwa :
Bawahan
memandang bahwa pekerjaan sama alamiahnya dengan istirahat dan bermain
Seseorang
yang memiliki komitmen pada tujuan akan melakukan pengarahan dan pengendalian
diri
Seseorang
yang biasa-biasa saja dapat belajar untuk menerima, bahkan mencari tanggung
jawab
Kreativitas
yaitu kemampuan untuk membuat keputusan yang baik (pendelegasian wewenang dan
tanggung jawab)
4.
Impilkasi
Terhadap Sistem Komunikasi Organisasi
Teori
ini memusatkan bagaimana seorang pemimpin memotivasi orang-orang dengan tipe X
dan Y sehingga mampu berkontribusi dalam organisasi. Tipe X yang cenderung
malas bekerja dan menyukai diperintah, mungkin akan membuthkan saluran
komunikasi yang formal, dimana pemimpin menginstruksikan berbagai perintah
secara formal. Berbeda dengan tipe Y, antara pemimpin dengan bawahan akan lebih
sering berkomunikasi secara informal atau partisipatif. Hal ini dilakukan
karena kedua belah pihak sudah saling memahami dan bawahan memiliki pengalaman
yang sudah baik.
Motivasi
yang diberikan kepada tipe X, mungkin akan cenderung dengan oemberian hukuman
yang tegas, sehingag berbagai peraturan tertulis sebagai media komunikasi akan
sangat dibutuhkan. Sedangkan untuk tipe X, komunikasi akan sangat mempengaruhi
karena motivasi yang diberikan lebih cenderung kepada aktualisasi diri untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan atau kebijakan dalam organisasi.
Teori
Kepemimpinan Situasional
Teori
ini dikembangkan oleh Paul Hersey dan Keneth H. Blanchard (1974, 1977). Teori
kepemimpinan situasional merupakan pengembangan dari penelitian kepemimpinan
yang diselesaikan di Ohio State University (Stogdill dan Coons, 1957). Teori
ini bersaumsi bahwa pemimpin yang efektif tergantung pada kematangan bawahan
dan kemapuan pemimpin untuk menyelesaikan orientasinya, baik orientasi tugas
maupun hubungan kemanusiaan. Taraf kematangan bawahan terentang dalam satu
kontinum dari immatery ke maturity. Semakin dewasa bawahan, semakin matang
individu atau kelompok untuk melakukan tugas atau hubungan. Dalam kepemimpinan
situasional ini, Hersey dan Blanchard mengemukakan empat gaya kepemimpinan
sebagai berikut :
Telling
(S1), yaitu perilaku pemimpin dengan tugas tinggi dan tugas rendah. Gaya ini
mempunyai ciri komunikasi satu arah, dimana pemimpin yang berperan.
Selling
(S2), perilaku dengan tigas tinggi dan hubungan tinggi. Kebanyakan pengarahan
masih dilakukan oleh pemimpin, tetapi sudah mencoba komunikasi dua arah dengan
dukungan sosioemosional supaya bawahan turut bertanggung jawab dalam
pengambilan keputusan.
Participating
(S3), yaitu perilaku hubungan tinggi tugas rendah. Pemimpin dan bawahan
sama-sama memberikan kontribusi dalam mengambil keputusan melalui komunikasi
dua arah dan yang dipimpin cukup mampu dan berpengalaman untuk melaksanakan
tugas.
Delegating
(S4), yaitu perilaku hubungan dan tugas rendah. Gaya ini memberikan kesempatan
kepada yang dipimpin untuk melaksanakan tugas mereka sendiri melalui
pendelegasian dan supervise yang bersifat umum. Yang dipimpin adalah orang yang
sudahj matang dalam melaksanakan tugas dan matang pula secara psikologis.
Implikasi
Partisipatif dan Teori Kepemimpinan Situasional Terhadap Sistem Komunikasi
Organisasi
Dalam
system komunikasi organisasi, partisipatif telah menggunakan komunikasi dua
arah, yaitu system atau pola komunikasi yang akan menghasilkan umpan balik
secara langsung dari komunikan untuk dijadikan evaluasi. Pemimpin akan sering
berkomunikasi dengan bawahan dalam merumuskan hal-hal yang dapat dirumuskan
dengan bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa komuniksai harus berfungsi juga
sebagai persuatif dan regulative. Kepemimpinan situasional memungkinkan seorang
pemimpin melaksanakan kepemimpinannya sesuai dengan kondisi yang terjadi. Untuk
komunikasi satu arah seperti Telling, mengharuskan pemimpin untuk lebih banyak
mengarahkan, hal ini dilakukan agar tugas yang dilaksanakan sesuai dengan alur
atau tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi satu arah akan mengalami
kesulitan dalam menerima umpan balik sebagai evaluasi bagi organisasi.
Terkadang dengan komunikasi satu arah, kondisi kerja akan terasa kaku karena
bersifat formal.
Dalam
kepemimpinan situsional yang dikembangkan menjadi empat bagian, membutuhkan
komunikasi karena pada dasarnya kepemimpinan mempengaruhi orang. Dalam
kepemimpinn ini, Delegating dengan tugas dan perilaku yang rendah menjdi aspek
yang paling disukai apabila bawahan memiliki tingkat kesiapan yang tinggi,
karena ada kebebasan dan kepercayaan dari pemimpin untuk berpartisipasi.
Sumber
:
DEFINISI DAN PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
PENGERTIAN KEPUTUSAN MENURUT BEBERAPA AHLI :
1.Ralph C. Davis (Hasan, 2004) memberikan definisi atau
atau pengertian keputusan sebagai hasil pemecahan masalah yang dihadapinya
dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu
pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang
dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa
tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.
2.Mary Follet : memberikan definisi atau pengertian
keputusan sebagai suatu atau sebagai hukum situasi. Apabila semua fakta dari
situasi itu dapat diperolehnya dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun
pelaksana mau mentaati hukumannya atau ketentuannya, maka tidak sama dengan
mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang
dari hukum situasi.
Melihat dari pengertian beberapa ahli diatas kesimpulan
saya adalah bahwa keputusan merupakan suatu tindakan final yang diambil setelah
proses musyawarah telah mencapai mufakat.
DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1.Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi yaitu
Pengambilan keputusan yang berdasarkan perasaan hati yang seringkali bersifat
subyektif. Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu
yang singkat, untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya
pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan sepihak
dan bersifat perasaan. Contohnya adalah ketika kita sedang menjadi relawan
gempa bumi disuatu daerah.sebelum kita memutuskan untuk menjadi relawan
pastinya kita menimbang rasa dan akhirnya kita mengambil keputusan secara
intuisi.
2.Pengambilan Keputusan Rasional yaitu Pengambilan
keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional berfikir dan lebih
bersifat objektif. Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna
pikir. Masalah–masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan
pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional
lebih bersifat objektif dan dapat diukur. Contohnya adalah ketika kita
melakukan tawar menawar dalam aktivitas jual beli dipasar,pastinya kita akan
menggunakan logika untuk memperoleh barang yang kita inginkan dengan harga yang
semurah mungkin(harga yang masuk akal menurut pembeli / keputusan rasional)
3.Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman yaitu
Pengambilan keputusan yang berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diperoleh
sehingga dapat digunakan untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang
masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya. Keputusan yang berdasarkan
pengalaman sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis di kemudian hari.
Contohnya adalah ada seorang siswa SMA yang sedang mengikuti UN, siswa tersebut
ternyata kesulitan mengerjakan soal dari UN. Dia memutuskan untuk menyontek
pekerjaan temannya namun dia teringat pengalaman saat waktu SD, dia ketahuan
menyontek dan dimarahi oleh guru dan orang tuanya, akhirnya siswa tersebut
mengambil keputusan untuk tidak menyontek dan mengerjakan dengan kemampuannya
sendiri.
4.Pengambilan Keputusan
Berdasarkan Fakta yaitu Pengambilan keputusan yang dibuat berdasarkan data
empiris dan fakta nyata sehingga dapat memberikan keputusan yang valid sehingga
tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi. Istilah
fakta perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang
telah dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi
adalah hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih
dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Contohnya adalah seorang peneliti yang mengambil keputusan untuk mempresentasikan hasil penelitiannya, maka
dia harus memastikan hasil penelitiannya sesuai berdasarkan data yang empiris
dan fakta yang ada dilapangan.
5.Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang yaitu
pengambilan keputusan yang berdasarkan atas wewenang/kedudukan yang dimiliki
oleh seseorang yang menjadi pemimpin. Setiap orang yang menjadi pimpinan
organisasi mempunyai tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka
menjalankan kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan
efisien. Contohnya adalah seorang hakim yang menjatuhkan vonis hukuman kepada
terdakwa.
B. JENIS-JENIS KEPUTUSAN ORGANISASI
Jenis Keputusan dalam sebuah organisasi dapat digolongkan
berdasarkan banyaknya waktu yang diperlukan untuk mengambil keputusan tersebut.
Bagian mana organisasi harus dilibatkan dalam mengambil keputusan, dan pada
bagian organisasi mana keputusan tersebut difokuskan.
Secara garis besar keputusan digolongkan ke dalam
keputusan rutin dan keputusan yang tidak rutin. Keputusan rutin adalah
keputusan yang sifatnya rutin dan berulang-ulang, dan biasanya telah
dikembangkan cara tertentu untuk mengendalikannya. Keputusan tidak rutin adalah
keputusan yang diambil pada saat-saat khusus dan tidak bersifat rutin.
Dalam mengambil keputusan, baik yang bersifat rutin
maupun tidak, ada dua metode yang digunakan. Metode pertama adalah metode
tradisional, dimana pengambilan keputusan lebih berdasarkan pada intuisi dan
kebiasaan. Metode yang kedua adalah metode modern, dimana pengambilan keputusan
didasarkan pada perhitungan matematis dan penggunaan instrumen yang bersifat
modern, seperti komputer dan perhitungan statistik.
Menurut Terry (1989) faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam mengambil
keputusan sebagai berikut:
1.
hal-hal yang berwujud maupun tidak
berwujud, yang emosional maupun rasional perlu diperhitungkan dalam pengambilan
keputusan;
2.
setiap keputusan nantinya harus dapat
dijadikan bahan untuk mencapai tujuan organisasi;
3.
setiap keputusan janganlah
berorientasi pada kepentingan pribadi, perhatikan kepentingan orang lain;
5. pengambilan keputusan merupakan tindakan mental.
Dari tindakan mental ini kemudian harus diubah menjadi tindakan fisik;
6. pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu
yang cukup lama;
7.
diperlukan pengambilan keputusan
yang praktis untuk mendapatkan hasil yang baik;
8.
setiap keputusan hendaknya
dikembangkan, agar dapat diketahui apakah keputusan yang diambil itu betul; dan
9.
setiap keputusan itu merupakan
tindakan permulaan dari serangkaian kegiatan berikutnya.
Kemudian terdapat
enam faktor lain yang juga ikut mempengaruhi pengambilan keputusan.
1. Fisik
Didasarkan pada rasa yang dialami pada tubuh, seperti rasa tidak nyaman, atau
kenikmatan. Ada kecenderungan menghindari tingkah laku yang menimbulkan rasa
tidak senang, sebaliknya memilih tingkah laku yang memberikan kesenangan.
2. Emosional
Didasarkan pada perasaan atau sikap. Orang akan bereaksi pada suatu situasi
secara subjective.
3. Rasional
Didasarkan pada pengetahuan orang-orang mendapatkan informasi, memahami situasi
dan berbagai konsekuensinya.
4. Praktikal
Didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan melaksanakan. Seseorang
akan menilai potensi diri dan kepercayaan dirinya melalui kemampuanya dalam
bertindak.
5. Interpersonal
Didasarkan pada pengaruh jaringan sosial yang ada. Hubungan antar satu orang keorang lainnya
dapat mempengaruhi tindakan individual.
6. Struktural
Didasarkan pada lingkup sosial, ekonomi dan politik. Lingkungan mungkin memberikan hasil yang mendukung
atau mengkritik suatu tingkah laku tertentu.
Selanjutnya, John D.Miller dalam
Imam Murtono (2009) menjelaskan faktor-faktor yang berpengaruh dalam
pengambilan keputusan adalah: jenis kelamin pria atau wanita, peranan
pengambilan keputusan, dan keterbatasan kemampuan.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh tiga faktor utama
yaitu nilai individu, kepribadian, dan kecenderungan dalam pengambilan
resiko.
Pertama, nilai individu pengambil keputusan merupakan keyakinan dasar yang
digunakan seseorang jika ia dihadapkan pada permasalahan dan harus mengambil
suatu keputusan. Nilai-nilai ini telah tertanam sejak kecil melalui suatu
proses belajar dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam banyak keadaan
individu bahkan tidak berfikir untuk menyusun atau menilai keburukan dan lebih
ditarik oleh kesempatan untuk menang.
Kedua, kepribadian. Keputusan yang diambil seseorang juga dipengaruhi oleh
faktor psikologis seperti kepribadian. Dua variabel utama kepribadian yang
berpengaruh terhadap keputusan yang dibuat, seperti ideologi versus kekuasaan dan emosional versus obyektivitas. Beberapa
pengambil keputusan memiliki suatu orientasi ideologi tertentu yang berarti
keputusan dipengaruhi oleh suatu filosofi atau suatu perangkat prinsip
tertentu. Sementara itu pengambil keputusan atau orang lain mendasarkan
keputusannya pada suatu yang secara politis akan meningkatkan kekuasaannya
secara pribadi.
Ketiga, kecenderungan terhadap pengambilan resiko. Untuk meningkatkan kecakapan
dalam membuat keputusan, perawat harus membedakan situasi ketidakpastian dari
situasi resiko, karena keputusan yang berbeda dibutuhkan dalam kedua situasi
tersebut. Ketidakpastian adalah kurangnya pengetahuan hasil tindakan, sedangkan
resiko adalah kurangnya kendali atas hasil tindakan dan menganggap bahwa si
pengambil keputusan memiliki pengetahuan hasil tindakan walaupun ia tidak dapat
mengendalikannya. Lebih sulit membuat keputusan dibawah ketidakpastian
dibanding dibawah kondisi bahaya. Di bawah ketidakpastian si pengambil
keputusan tidak memiliki dasar rasional terhadap pilihan satu strategi atas
strategi lainnya.
Adapun dalam referensi lain pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor personal.
1.
Kognisi, artinya kualitas dan
kuantitas pengetahuan yang di miliki. Misalnya ; Kemampuan menalar, memiliki
kemampuan berfikir secara logis, dll.
2.
Motif, suatu keadaan tekanan dalam
diri individu yang mempengaruhi, memelihara dan mengarahkan prilaku menuju
suatu sasaran.
3.
Sikap, Bagaimana keberanian kita
dalam mengambil risiko kepututusan, pemilihan suasana emosi dan waktu yang
tepat, mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin terjadi.
Implikasi manajerial
Implikasi Manajerial
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, kata Implikasi berarti
akibat. Kata Implikasi sendiri dapat merujuk ke beberapa aspek yaitu salah
satunya
yang
dibahas saat ini adalah manajerial atau manajemen
Dalam manajemen terdapat 2 implikasi yaitu :
1. Implikasi prosedural meliputi tata cara analisis, pilihan representasi,
perencanaan kerja dan formulasi kebijakan
2. implikasi kebijakan meliputi sifat substantif, perkiraan ke depan dan
perumusan tindakan.
Membuat Rangkuman tentang desain dan struktur organisasi
Dimensi struktur organisasi
1.
Dimensi struktur organisasiStruktur organisasi adalah pola tentang hubungan
antara berbagai komponen dan bagian organisasi. Pada organisasi formal struktur
direncanakan dan merupakan usaha sengaja untuk menetapkan pola hubungan antara
berbagai komponen, sehingga dapat mencapai sasaran secara efektif. Sedangkan
pada organisasi informal, struktur organisasi adalah aspek sistem yang tidak
direncanakan dan timbul secara spontan akibat interaksi peserta.
Struktur organisasi-organisasi memberikan kerangka yang menghubungkan wewenang
karena struktur merupakan penetapan dan penghubung antar posisi para anggota
organisasi. Jika seseorang memiliki suatu wewenang, maka dia harus dapat
mempertanggungjawabkan wewenangnya tersebut.
Pada umumnya orang akan menganggap struktur sama dengan desain organisasi.
Sesungguhnya desain organisasi merupakan proses perkembangan hubungan dan
penciptaan struktur untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi struktur merupakan
hasil dari proses desain. Proses desain merupakan suatu kegiatan yang bersifat
kontinu dan dirancang oleh manajer. Apapun bentuk atau hasil dari proses desain
tersebut, para perancang desain organisasi harus merancang sebuah organisasi
yang dapat membuat organisasi tersebut tetap bertahan hidup. Selain itu pemilihan
desain organisasi tersebut akan menentukan besar kecilnya organisasi.Setiap
ukuran organisasi akan memberikan keuntungan masing-masing, namun diharapkan
tercapainya tujuan organisasi dan juga eksistensi dari organisasi.
2. Tiga Dimensi Struktur Organisasi
A. Kompleksitas
Mempertimbangkan tingkat diferensiasi yang ada dalam organisasi termasuk di
dalamnya tingkat spesialisasi atau tingkat pembagian kerja, jumlah tingkatan di
dalam hirarki organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi
tersebar secara geografis.
Diferensiasi :
Diffrensiasi horizontal, merujuk pada tingkat
diferensiasi antara unit-unit berdasarkan orientasi para anggota, sifat dari
tugas yang dilaksanakan, dan tingkat pendidikan dan pelatihannya.
Spesialisasi adalah pengelompokkan aktivitas tertentu yang dilakukan satu
individu.
Spesialisasi fungsional = pembagian kerja.
Spesialisasi social = individunya yang dispesialisasi
Departementalisasi : cara organisasi secara khas mengkoordiinasikan aktivitas
yang telah dideferensiasi secara horizontal. Misal : Berdasarkan fungsi;
geografis;produk; proses
Diffrensiasi vertical, merujuk pada kedalaman struktur
Misal : organisasi berbentuk tall atau flat, tergantung dari rentang kendali
(span of control)
Diferensiasi Spasial, tingkat sejauh mana lokasi dari
kantor,pabrik, dan personalia sebuah organisasi tersebar secara geografis.
B. Formalisasi
Formalisasi, yaitu sejauh mana organisasi menyandarkan dirinya pada peraturan
dan prosedur untuk mengatur perilaku dari para pegawainya.
Keuntungan adanya standarisasi :
Standarisasi perilaku akan mengurangi
keanekaragaman
Memudahkan koordinasi
Adanya penghematan
Formalisasi :
a. Bersifat
eksternal bagi pegawai, peraturan, prosedur, dan aturan ditetapkan
secara terinci, dikodifikasi, & dilaksanakan
melalui pengawasan langsunng
b. Perilaku yang
diinternalkan, melalui nilai, norma
Teknik-teknik Formalisasi
— Seleksi
— Persyaratan peran
— Peraturan, prosedur, dan kebijaksanaan.
— Pelatihan
— Ritual.
C. Sentralisasi
Sentralisasi, tingkat di mana pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu
titik tunggal di dalam organisasi
Hambatan sentralisasi :
— Hanya memperhatikan struktur formal.
— Memperhatikan kebebasan dalam pengambilan keputusan.
— Konsentrasi pada seseorang, unit atau tingkat.
— Kontrol dari top manajemen, tetapi keputusan tetap terletak pada
anggota tingkat rendah.
Keuntungan desentralisasi :
— setiap manajer mempunyai keterbatasan terhadap jumlah informasi
— Dapat menanggapi perubahan dengan cepat.
— Memberi masukan lebih rinci bagi pengambil keputusan.
— Memotivasi pegawai untuk memberi kesempatan dlm pengambilan keputusan.
— Memberi peluang pelatihan bagi manajer tingkat rendah.
Keuntungan sentralisasi :
— Keputusan komprehensif yang akan diambil.
— Penghematan dan lebih efektif
3. Empat keputusan Manajerial
Empat keputusan manajerial yaitu:
Keputusan terprogram (programmed decision)
Keputusan yang dibuat untuk menangani situasi / masalah yang
cukup sering terjadi, sehinnga pembuat keputusan dapat membuat aturan-aturan
pembuatan keputusan untuk diterapkan di masa depan. Misalnya keputusan untuk
memesan persediaan ketika persediaan berada pada level tertentu.
2. Keputusan tidak terprogram (nonprogrammed decision)
Keputusan yang dibuat dalam menanggapi situasi yang unik,
tidak familier dan tidak terstruktur serta menimbulkan konsekuensi-konsekuensi
penting bagi organisasi.banyak keputusan tidak terprogram melibatkan
perencanaan strategis, karena ketidakpastiannya begitu besar dan keputusan
merupakan hal yang sangat kompleks.
Kepastian , resiko, ketidakpastian dan ambiguitas
Kepastian (certainly)Ø
Terjadi jika ionformasi yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan tersedia dengan lengkap. Para manager memiliki informasi mengenai
kondisi biaya operasi, biaya, batasan-batasan sumber daya, dari masing-masing
tindakan serta kemungkinan perolehan hasil yang akan diperoleh
Ø Resiko (risk)
Terjadi apabila sebuah keputusan memiliki sasaran yang jelas
dan didasarkan pada informasi yang baik, namun konsekuensi masa depan dari
masing-masing alternative keputusan tidak pasti. Analisis statistic dapat
digunakan untuk mengalkulasi kemungkinan keberhasilan atau kegagalan. Ukuran
resiko dapat mengidentifikasikan kemungkinan kegagalan suatu alternative dimasa
depan.Ø Ketidakpastian (uncertainly)
Berarti manajer mengetahui sasaran mana yang ingin diraih
tetapi informasi mengenai alternative dan kejadian masa depan tidak lengkap.
Manajer tidak memiliki informasi yang cukup jelas mengenai berbagai alternative
atau untuk mengestimasi resikonya. Factor-faktor yang dapat mempengaruhi
keputusan seperti harga, biaya produksi, volume atau tingkat suku bunga. Masa
depan sulit di analisis dan diprediksi.Ø Ambiguitas (ambiquity)
Ambiguitas selama ini dianggap sebagai situasi keputusan
tersulit yang harus dilakukan. Ambiguitas memiliki arti bahwa sasaran-sasaran
yang harus diraih/masalah yang harus dilakukan tidak jelas.
4. Dimensi Struktur Organisasi
Dalam kasus-kasus tertentu, ahli organisasi menggunakan pengukuran-pengukuran
untuk menjelaskan dimensi-dimensi dalam organisasi, diantaranya adalah :
Ukuran : jumlah anggota dalam organisasi.
Komponen administratif : persentase total jumlah anggota
yang menjalankan tugas tanggung jawab administratif.
Rentang kendali : jumlah bawahan yang menjadi yanggung jawab
seorang manajer.
Spesialisasi : jumlah kekhususan yang dilakukan dalam
organisasi.
Standardiasai : adanya prosedur-prosedur untuk mengatur
peristiwa yang berulang.
Formalisasi : sejauh mana aturan-aturan dan komunikasi yang
dilakukan secara tertulis.
Sentralisasi : konsentrasi wewenang pengambilan keputusan.
Kompleksitas : jumlah diferensiasi vertikal, jumlah unit
atau departemen.
Delegasi wewenang : rasio antara jumlah keputusan manajerial
spesifik yang didelegasikan pucuk pimpinan, dan jumlah yang diputuskan sendiri.
Integrasi : kualitas kerja sama diantara unit-unit yang
dibutuhkan untuk menyatukan tujuan, atau rencana-rencana dan umpan balik yang
digunakan untuk mengkoordinasikan unit-unit.
Diferensiasi : jumlah fungsi-fungsi khusus yang dijalankan
dalam organisasi, atau perbedaan dalam orientasi kognitif dan emosional
diantara pada menejer dari departemen yang berbeda.
5. Model Desain Organisasi
1. Model organisasi
mekanistik
Yaitu model yang menekankan pentingnya mencapai produksi dan efisiensi tingkat
tinggi. Henry Fayol mengajukan sejumlah prinsip yang berkaitan dengan fungi
pimpinan untuk mengorganisasi dan empat diantaranya berhubungan dengan
pemahaman model mekanistik yaitu:
Prinsip Spesialisasi yaitu merupakan sarana terbaik untuk
mendayagunakan tenaga individu dan kelompok.
Prinsip Kesatuan Arah yaitu semua pekerjaan harus
dikelompokkan berdasarkan keahlian.
Prinsip Wewenang dan Tanggung jawab yaitu manager harus
mendapat pendelegasian wewenang yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab
yang dibebankan kepadanya.
Prinsip Rantai Skalar yaitu hasil alami dari pelaksanaan
ketiga prinsip sebelumnya adalah rantai tingkatan manajer dari peringkat
wewenang paling tinggi sampai dengan peringkat paling rendah. Rantai scalar
adalah jalur keseluruhan komunikasi vertical dalam sebuah organisasi.
2. Model Organik
Yaitu menekankan pada pentingnya mencapai keadaptasian dan perkembangan tingkat
tinggi. Desain organisasi ini kurang mengandalkan peraturan dan prosedur,
wewenang yang disentralisasikan atau spesialisas yang tinggi.
Model organik desain organisasi merupakan kontars dari model mekanistik.
Karakteristik dan praktek organisasi yang mendasari model organik sama sekali
berbeda dari karakteristik dan praktek yang mendasari model mekanistik.
Perbedaan yang paling mencolok antara kedua model itu berasal dari criteria
keefektifan yang berbeda yang ingin diusahakan sebesar-besarnya oleh
masing-masing model. Jika model mekanistik berusaha untuk mencapai efisiensi
dan produksi secara maksimum, maka model organik berusaha untuk mencapai
keluwesan dan keadaptasian yang maksimum. Organisasi organik bersifat luwes dan
dapat beradaptasi dengan tuntutan perubahan lingkungan karena desain
organisasinya mendorong untuk lebih mendayagunakan potensi manusia.
6. Faktor Penting dalam
Mendesain Organisasi
Desain organisasi telah menjadi inti kerja manajerial karena usaha-usaha
sebelumnya untuk mengembangkan teori manajemen. Kepentingan keputusan desain
telah menstimulasi minat yang besar atas topik bahasan. Manajer dan pakar teori
perilaku organisasi dan peneliti telah berkontribusi terhadap apa yang disebut
sebagai bahan bacaan yang dapat dipertimbangkan. Manajer yang menghadapi
perlunya mendesain struktur organisasi adalah pada posisi kehilangan ide.
Sangat berbeda, bahan desain organisasi telah mempunyai sejumlah ide yang
menimbulkan konflik yakni bagaimana suatu organisasi didesain mengoptimalkan
efektivitas
Cara manajemen mendesain organisasi harus mengingat dimensi struktur organisasi.
Bagaimana kombinasinya mempunyai dampak langsung atas efektivitas individual,
kelompok dan organisasi itu sendiri. Manajer harus mempertimbangkan sejumlah
faktor ketika mendesain organisasi, di antar satu yang sangat penting adalah
teknologi, sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang yang melakukan kerja,
tuntutan lingkungan organisasi, keperluan untuk menerima dan memproses
informasi dari lingkungan tersebut, dan keseluruhan strategi yang di pilih
organisasi untuk berhubungan dengan lingkungan.
PENUTUP
1. Simpulan
Struktur organisasi adalah pola tentang hubungan antara berbagai komponen dan
bagian organisasi. Struktur organisasi-organisasi memberikan kerangka yang
menghubungkan wewenang karena struktur merupakan penetapan dan penghubung antar
posisi para anggota organisasi. Desain organisasi merupakan proses perkembangan
hubungan dan penciptaan struktur untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi
struktur merupakan hasil dari proses desain.
Tiga dimensi organisasi meliputi Kompleksitas, Formalisasi dan Sentralisasi.
Kompleksitas terdiri dari diferensisasi horizontal yang berorientasi pada
unit-unit dalam suatu organisasi seperti misalnya departemen. Sedangkan
diferensiasi Vertikal berorientasi pada level (jabatan) dalam suatu organisasi,
misalnya saja golongan (pangkat) pada PNS. Diferensiasi Spasial lebih
berorientasi pada lokasi (letak geografis) organisasi tersebut. Formalisasi,
yaitu sejauh mana organisasi menyandarkan dirinya pada peraturan dan prosedur
untuk mengatur perilaku dari para pegawainya. Sentralisasi, tingkat di mana
pengambilan keputusan dikonsentrasikan pada suatu titik tunggal di dalam
organisasi.
Adapun dimensi-dimensi dalam organisasi terdiri dari Ukuran, Komponen
administratif, Rentang kendali, Spesialisasi, Standardiasasi, Formalisasi,
Sentralisasi, Kompleksitas, Delegasi wewenang, Integrasi, Diferensiasi.
Model desain organisasi terdiri dari Organisasi mekanistik serta Organisasi
Organik. Organisasi mekanistik Yaitu model yang menekankan pentingnya mencapai
produksi dan efisiensi tingkat tinggi. Sementara, model organisasi organik
yaitu menekankan pada pentingnya mencapai keadaptasian dan perkembangan tingkat
tinggi.
faktor ketika mendesain organisasi, di antar satu yang sangat penting adalah
teknologi, sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang yang melakukan kerja,
tuntutan lingkungan organisasi, keperluan untuk menerima dan memproses
informasi dari lingkungan tersebut, dan keseluruhan strategi yang di pilih
organisasi untuk berhubungan dengan lingkungan.
sumber
: http://ardhipamungkas.wordpress.com/2013/03/19/desain-struktur-organisasi/
DEPARTEMENTALISASI
1. Pengertian Departementalisasi
Departementalisasi adalah proses penentuan cara bagaimana kegiatan yang dikelompokkan. Beberapa bentuk departementalisasi sebagai berikut :
1. Fungsi
2. Produk atau jasa
3. Wilayah
4. Langganan
5. Proses atau peralatan
6. Waktu
7. Pelayanan
8. Alpa – numeral
9. Proyek atau matriks
2. Departementalisasi Fungsional
Departentalisasi fungsional mengelompokkan fungsi – fungsi yang sama atau kegiatan – kegiatan sejenis untuk membentuk suatu satuan organisasi.
Organisasi fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar departementalisasi. kebaikan utama pendekatan fungsional adalah bahwa pendekatan ini menjaga kekuasaan dan kedudukan fungsi- funsi utama, menciptakan efisiensi melalui spesialisasi, memusatkan keahlian organisasi dan memungkinkan pegawai manajemen kepuncak lebih ketat terhadap fungsi-fungsi.
pendekatan fungsional mempunyai berbagi kelemahan. struktur fungsional dapat menciptakan konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang berurutan pada kepentingan tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota berpandangan lebih sempit serta kurang inofatif.
3 . Departementalisasi Divisional
Organisasi Divisional dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk, wilayah (geografis), langganan, dan proses atau peralatan.
Struktur organisasi divisional atas dasar produk. setiap departemen bertanggung jawab atas suatu produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk). Divisionalisasi produk adalah pola logika yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai teknologi pemrosesan dan metoda-metoda pemasaran yang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam organisasi.
Sturktur organisasi divisional atas dasar wilayah. Departementalisasi wilayah , kadang-kadang juga disebut depertementalisasi daerah , regional atau geografis , adalah pengelompokkan kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi berlokasi atau dimana satuan-satuan organisasi menjalankan usahanya.
Kebaikan-kebaikan struktur organisasi divisional dapat diperinci sebagai berikut :
1. Meletakkan koordinasi dan wewenang yang diperlukan pada tingkat yang sesuai bagi pemberian tanggapan yang cepat.
2. Menempatkan pengembangan dan implementasi strategi dekat dengan lingkungan divisi yang khas.
3. Tempat latihan yang baik bagi para manager strategik.
Kelemahah-kelemahan sturktur divisional secara lebih terperinci :
1. Masalah duplikasi sumberdaya dan peralatan yang tidak perlu.
2. Dapat menimbulkan tidak konsistennya kebijakan antara divisi-divisi
Perusahaan yang melekukan departentalisasi diuntungkan dengan pembagiancontrol dan koordinasi pada perusahaan tersebut. Wilayah kekuasaan dan tanggung jawab dipersempit sehingga untuk memimpinnya menjadi lebih mudah.
Departementalisasi sendiri dibagi atas beberapa macam yaitu :
1. Departementalisasi berdasarkan pelanggan
Maksudnya perusahaan akan melakukan pembagian penjualan produk ke pelanggan,biasanya ada yang bagian produk laki-laki ataupun perempuan atau tua dan muda. Contohnya adalah pembagian penjualan produk Rexona ada pembagian untuk produk remaja, laki-laki , perempuan ataupun yang xtra berkeringat. Dengan dilakukannya pembagian ini penjualan akan lebih tepat sasaran dan efisien
2. Departementalisasi berdasarkan produk
Maksudnya perusahaan akan mengelompokan departemen sesuai dengan kelompok produk yang dihasilkan misalkannya pembagian departeman barang untuk mengurusi produksi produk berupa barang dan departemen jasa untuk menangani produk yang berupa jasa
3. Departementalisasi berdasarkan proses Maksudnya pembagian departemen berdasrkan proses pengkerjaannya, misalnya pada perusahaan meubel dibagi atas divisi untuk pengolahan kayu mentah, divisi pembuatan kursi atau meubel kemudian divisi pengecatan
4. Departementalisasi berdasarkan geografis
Maksudnya pembagian departeman berdasarkan lokasi penjualan produk misalnya departemen yang mengawasi di jawa dan Bali, di Kalimantan maupun di Sumatara
5. Departementalisasi berdasarkan fungsi
Maksudnya pembagian departemann berdasarkan aktifitas perusahaan dalam menjalankan bisnisnya, misalnya departemen produksi, departemen penjualan, departemen pemasaran dan lain-lain
Setelah melakukan pembagian tugas, maka yang harus dilakukan adalah menetapkan hierarki pengambilan keputusan. Bagaimana dalam perusahaan perusahaan yang besar diperlukan cara penentuan pengambilaan keputusan karena tidak mungkin seorang presiden direktur melakukan pengambilan keputusan pada suatu masalah di cabang daerah. Oleh sebab itu maka dibentuklah tingkatan-tingkatan pada organisasi yang mana di tiap tingkatan tersebut terdapat seorang manajer yang dapat memberikan keputusan dan dapat bertanggung jawab kepada pemimpin di atasnya. Sehingga para menajer tersebut memiliki kewenagan untuk melakukan tugas atau misi yang direncanakan oleh organisasi atau perusahaan namun manajer tersebut juga boleh melakukan inovasi-inovasi agar divisi dipimpinnya dapat berkembang dengan syarat harus sesuia dengan misi perusahaan, misalnya BNI 46 mempunyai bebarapa manajer yang mengawasi divisinya. Ada yang mengurusi cabang provinsi maupun cabang-cabang pada kota maupun kabupaten setiap manajer di kota tersebut memiliki kekuasaan untuk memutuskan apabila ada masalah dalam cabang tersebut namun apabila masalah tersebut terlalu besar (berdasarkan survey yang saya lakukan waktu semester lalu) dapat dilaporkan ke pusat misalnya adalah peminjaman uang yang terlalu besar. Maka manajer cabang akan menghubungi kantor cabang provinsi atau pusat terlebih dahulu
Selain itu untuk melakukan pengorganisasian yang baik diperlukan komunikasi yang baik antar kantor cabang di adakan rapat antar kantor cabang yang membicarakan masalah-masalah yang ada pada tiap divisi maupun pada kantor cabang selain itu pada rapat ini sebagai tempat untuk memberiakan pengarahan ataupun misi kepada para manajer pimpinan cabang maupun divisi untuk dapat mengembangkan divisi atau cabangnya.
1.Pengertian Pengorganisasian
Istilah pengorganisasian mempunyai bermacam-macam pengertain , istilah tersebut dapat digunakan untuk menunjukkan hal-hal berikut ini :
1. Cara manajemen merancang struktur formal untuk penggunaan yang paling efektif sumber daya keuangan , fisik , bahan baku , dan tenaga kerja organisasi.
2. Hubungan-hubungan antara fungsi , jabatan , tugas dan para karyawan.
3. Cara dalam mana para manager lebih lanjut tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam departemen mereka dan mendelagasikan wewenang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas tersebut.
Dari tiga hal diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal , mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan diantara organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien.
2 Teori-Teori Organisasi
Dalam kehidupan nyata orang-orang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan bersama , yang dilakukan adalah kegiatan menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional atau biasa disebut dengan istilah Organisasi. Organisasi dalam hal ini bisa terdapat pada badan usaha , instansi pemerintah , lembaga pendidikan , militer , kelompok masyarakat atau suatu perkumpulan olahraga.
Kata Organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pengertian pertama menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional , seperti organisasi perusahaan , rumah sakit , perwakilan pemerintah atau suatu perkumpulan olahraga. Pengertian kedua berkenaan dengan proses pengorganisasian sebagai suatu cara dalam mana kegiatan organisasi dialokasikan dan ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien
STRUKTUR ORGANISASI
Pengertian Sturktur Organisasi
Sturktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Sturktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi atau orang-orang yang menunjukkan kedudukan , tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialis kerja , standarlisasi ,koordinasi , sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan atau besaran satuan kerja.
Faktor-Faktor Perancangan Struktur Organisasi
faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah sebagai berikut:
1. strategi organisasi untuk mencapai tujuannya. strategi menjelaskan bagaimana aliran wewenang dan saluran komunikasi dapat disusun diantara para pimpinan dan bawahan.
2. teknologi yang digunakan. perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi barang- barang atau jasa akan membedakan struktur organisasi.
3. anggota (pegawai / karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi. kemanapun dan cara berfikir para anggota, serta kebutuhan mereka untuk bekerja sama harus diperhatikan dalam merancang struktur organisasi.
4. ukuran organisasi. besarnya organisasi secara keseluruhan maupun satuan kerjanya yang sangat mempengaruhi struktur organisasi. semakin besar ukuran organisasi, struktur organisasi akan semakin kompleks dan harus dipilih struktur yang tepat.
A. Unsur-unsur Struktur Organisasi terdiri dari:
1. Spesialisasi kegiatan
2. Standarisasi kegiatan
3. Koordinasi kegiatan
4. Sentralisasi dan Desentralisasi pembuatan keputusan
5. Ukuran satuan kegiatan
B. Kelompok Kerja Formal:
1. Pembagian kerja
2. Menejer dan bawahan atau rantai perintah
3. Tipe pekerjaan yang dilaksanakan
4. Pengelompokan segmen pekerjaan
5. Tingkat manajemen
C. Organisasi mempunyai tiga tipe utama kelompok-kelompopk kerja formal yaitu:
1. Kesatuan tugas khusus (task forces)
2. Panitia:
a. tetap (standing committess) disebut juga panitia struktural.
b. tidak tetap (ad hoe)
3. Dewan (boards) dan komisi
tujuan dibentuknya panitia manajemen adalah untuk mengkoordinasikan dan mempertukarkan informasi, memberi saran manajemen, atau bahkan membuat keputusan sendiri.
MODEL-MODEL DESAIN ORGANISASI
1. Model organisasi
mekanistik
yaitu model yang menekankan pentingnya mencapai produksi dan efisiensi tingkat
tinggi. Henry Fayol mengajukan sejumlah prinsip yang berkaitan dengan fungi
pimpinan untuk mengorganisasi dan empat diantaranya berhubungan dengan
pemahaman model mekanistik yaitu:
- Prinsip
Spesialisasi yaitu merupakan sarana terbaik untuk mendayagunakan tenaga
individu dan kelompok.
- Prinsip Kesatuan
Arah yaitu semua pekerjaan harus dikelompokkan berdasarkan keahlian.
- Prinsip Wewenang
dan Tanggung jawab yaitu manager harus mendapat
pendelegasian wewenang yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawab yang
dibebankan kepadanya.
- Prinsip Rantai
Skalar yaitu hasil alami dari pelaksanaan ketiga prinsip sebelumnya adalah
rantai tingkatan manajer dari peringkat wewenang paling tinggi sampai
dengan peringkat paling rendah. Rantai scalar adalah jalur
keseluruhan komunikasi vertical dalam sebuah organisasi.
Birokrasi
mempunyai berbagai arti. Secara tradiusional istilah ini mengacu pada konsep
ilmu politik tentang
pemerintahan. Akan tetapi menurut Max Weber struktur
birokratik ialah struktur yang lebih unggul bila dibandingkan dengan struktur
lainnya Weber yakin bahwa untuk mencapai manfaat desain birokratik secara
maksimum harus memiliki karakteristik berikut yaitu :
- Semua tugas
dibagi-bagi menjadi pekerjaan yang sangat dispesialisasi.
- Setiap tugas
dilaksanakan menurut sistem pengaturan abstrak guna menjamin keseragaman
dan koordinasi berbagai tugas yang berbeda.
- Setiap anggota
atau kantor organisasi hanya bertanggung jawab atas prestasi kerja kepada
satu manajer.
- Setiap pegawai
organisasi berhubungan dengan pegawai lain dan para klien secra impersonal
dan formal.
- Pekerjaan dalam
organisasi birokratik didasarkan atas kualifikasi teknis dan terlindung
dari pemberhentian secarab sewenang-wenang.
Model mekanistik
sangat efisien karena karakteristik strukturnya. Model ini sangat kompleks
karena menekankan pada spesialisasi kerja, sangat disentralisasikan karena
menekankan wewenang dan tanggung jawab, sangat formal karena menekankan fungsi
sebagai dasar utama departementalisasi. Karakteristik dan praktek organisasi
ini mendasari model organisasi yang diterapkan secara luas. Namun, model
mekanistik bukan satu-satunya model yang diterapkan.
2. Model Organik
Yaitu menekankan pada pentingnya mencapai keadaptasian dan perkembangan tingkat
tinggi. Desain organisasi ini kurang mengandalkan peraturan dan prosedur,
wewenang yang disentralisasikan atau spesialisas yang tinggi.
Model organik desain organisasi merupakan kontars dari model mekanistik.
Karakteristik dan praktek organisasi yang mendasari model organik sama sekali
berbeda dari karakteristik dan praktek yang mendasari model mekanistik.
Perbedaan yang paling mencolok antara kedua model itu berasal dari criteria keefektifan yang
berbeda yang ingin diusahakan sebesar-besarnya oleh masing-masing model. Jika
model mekanistik berusaha untuk mencapai efisiensi dan produksi secara
maksimum, maka model organik berusaha untuk mencapai keluwesan dan keadaptasian
yang maksimum. Organisasi organik bersifat luwes dan dapat beradaptasi dengan
tuntutan perubahan lingkungan karena desain organisasinya mendorong untuk lebih
mendayagunakan potensi manusia.
Desain organisasi yang menimbulkan rasa
berharga dan motivasi serta mempermudah keluwesan dan keadaptasian biasanya
memiliki karakteristik berikut :
Desain itu relative sederhana
karena tidak memerlukan spesialisasi, melainkan menekankan kepada peningkatan
cakupan pekerjaan.
Desain itu relative didesentralisasikan karena
menekankan pendelegasian wewenang dan peningkatan kedalaman pekerjaan.
Dan relatife formal sebab menekankan produk
dan pelanggan sebagai dasar departemensi.
Tabel Perbedaan Model Mekanistik dan Organik
No
|
Struktur Model
Mekanistik
|
Struktur Model
Organik
|
1.
|
Proses kepemimpinan
tidak mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan. Bawahan merasa
tidak bebas mendiskusikan masalah dengan atasan
|
Proses kepemimpinan
mencakup persepsi tentang keyakina dan kepercayaan antara atasan dan bawahan
dalam segala persoalan. Bawahan merasa bebas mendiskusikan masalah dengan
atasan.
|
2.
|
Proses motivasi
hanya menyadap motif fisik, rasa aman, dan ekonomik melalui perasaan
takut dan sanksi.
|
Proses motivasi
berusaha menimbulkan motivasi melalui metode partisipasi.
|
3.
|
Proses komunikasi
berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir ke bawah cenderung
terganggu, tidak akurat, dan dipandang dengan rasa curiga.
|
Proses komunikasi
berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir secra bebas keseluruh
organisasi yaitu ke atas, kebawah dan kesamping.
|
4.
|
Proses interaksi
bersifat tertutup dan terbatas
|
Proses interaksi
bersifat terbuka dan ekstensif.
|
5.
|
Proses pengambilan
keputusan hanya terjadi di tingkat puncak
|
Proses pengambilan
keputusan dilaksanakan di semua tingkatanmelalui proses kelompok.
|
6.
|
Proses penyusunan
tujuan dilakukan di tingkat puncak organisasi tanpa mendorong adanya
partisipasi.
|
Proses penyusunan
tujuan mendorong timbulnya partisipasi kelompok untuk menetapkan sasaran yang
tinggi
|
7.
|
Proses kendali
dipusatkan dan menekankan upaya memperhalus kesalahan atas kekeliruan
yang terjadi.
|
Proses kendali
menyebar ke seluruh organisasi dan menekankan pemecahan masalah dan
pengendalian diri sendiri.
|
Implikasi Manajerial Desain dan Struktur Organisasi
Perusahaan merupakan salahsatu contoh organisasi yang kompleks, oleh karena itu dalam berproses perusahaan harus memiliki bentuk keorganisasian tertentu yang dapat menyederhanakan hal kompleks di dalam kestrukturan organisasi ini. Diperlukan adanya strategi, standarisasi, dan kerjasama dari berbagai divisi atau bagian-bagian pada perusahaan untuk mensikronisasi dan mendukung proses manajerial dalam perusahaan.
http://dian-ratnas.blogspot.com/2013/06/implikasi-manajerial-desain-dan.html
0 komentar:
Posting Komentar